Tauhid, Tafsir, Hadits, Tasawuf, Fiqih, Hukum, Dakwah, Komunikasi, Sosial, Sains, Trending Topic

Monday 7 November 2016

Akidah - Menikmati Manisnya Iman

Akidah - Menikmati Manisnya Iman

Setiap manusia memiliki selera yang berbeda, namun ada kesamaan ketika sudah mendapatkan hasil dari selera itu. Kita buktikan lewat makanan, semua manusia mengetahui bahwa gula rasanya manis, tetapi tidak semua manusia memiliki selera makanan yang rasanya manis. Ketika manusia di suruh memilih 2 mobil baru yang berbeda warna, pasti tidak semua manusia memilih mobil yang sama warnanya karena selera mereka berbeda, namun memiliki kesamaan dari type mobilnya dan memiliki rasa yang sama ketika menikmati fasilitasnya.

Begiitu juga dengan keimanan yang kita miliki, tidak sedikit dari kiita sampai sekarang belum pernah mengetahui rasa dari keimanan yang kita miliki. Manis atau pahitkah, apa mungkin pedas rasa dari keimanan yang kita miliki?
 
Mungkin ibadah yang kita lakukan tidak lain hanyalah melaksanan kewajiban saja, tidak memperhatikan setiap syarat, rukun dan Sunnah dari ibadah itu. Maka jangan heran kalau kita beribadah tidak merasakan apa-apa, mendirikan sholat tetapi tidak menemukan manfaat dari ibadah sholat itu, sering memberi sedekah tetapi tidak merasakan nikmatnya berbagi, tidak ketinggalan tadarus Al-Qur’an tetapi tidak menjadikan hati tenang.

Supaya kita menemukan rasa ketika beribadah, mari kita simak hadits Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari :


 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ  لَايُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

 
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsannaa berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafii berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyuub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"


 

Sekarang kita bisa mengetahuinya, supaya kita merasakan manisnya iman di dalam jiwa ketika beribadah lebih luasnya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga syarat yang harus kita miliki dan praktekan, sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas.
 
1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya Melebihi Kecintaannya kepada yang Lain

Seperti yang mudah mengutamakan Allah dan Rasul-Nya ketika dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, padahal tidak semudah yang dibayangkan. Hanya mereka yang memiliki keimanan yang kokoh, ikhlas dan istiqomah yang mampu mengutamakan Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa jadi dalam kehidupan kita lebih mencintai keluarga, harta atau jabatan.

Ketika adzan berkumandang sedangkan kita sedang asiknya kumpul bersama keluarga, dengan sengajanya kita melupakan panggilan Allah tersebut. Di lingkungan kita ada pembangunan sarana ibadah dan sarana pendidikan, Allah datangkan ke rumah kita panitia pembangunan itu, tetapi kita lebih sayang akan harta kita untuk disumbangkan begitu saja, jangankan untuk membantu pembangunan, untuk zakat dan sedekahpun kita berat mengeluarkannya, padahal kita mampu untuk itu. Karena atasan atau bos kita yang melakukan kedzoliman, sedangkan kita takut kehilangan jabatan kalau menegurnya maka kita abaikan begitu saja, padahal kita memiliki kebijakan untuk menghukumnya.

Bisakah kita menikmati manisnya iman dalam kehidupan sehari-hari atau dalam ibadah kita, ketika kehidupan kita masih seperti itu?  Padahal syarat pertama untuk memperoleh manisnya iman yaitu lebih mencintai Allah dan Rasul-nya dari pada kecintaan kepada selainnya. Dengan begitu mari kita belajar mengutamakan Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari

 2. Ketika Mencintai Seseorang, Maka Mencintainya Kerena Allah


Sebagai manusia kita dianugrahi cinta oleh Allah, sehingga wajar kalau kita memiliki rasa cinta kepada lawan jenis atau makhluk Allah yang lainnya. Akan tetapi tidak mudah cinta kita selain kepada Allah didasari semata-mata karena Allah, terkadang ada perkara lain yang mendasari cinta kita kepada selain Allah. Misalnya ccinta kita kepada orang tua, karena menginginkan warisannya, ketika mencintai pasangan hidup bisa jadi karena ingin kepuasan birahi saja, ketika mencintai ilmu tujuannya hanya untuk menggurui, dan kita mencintai orang-orang disekeliling kita untuk mendapatkan harta, pangkat, kehormatan dan lainnya.

Kalau cinta kita terhadap makhluk Allah didasari seperti itu, maka jauh manisnya iman bisa kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika cinta kita tulus semata-mata karena Allah mencintai makhluk-Nya bukan karena motif tertentu, bukan pula ingin mendapatkan pamrih, maka Allah berikan manisnya iman kepada kita. Untuk itu mari perbaiki perasaan cinta kita kepada selain Allah dengan didasari semata-mata karena Allah.
 
3. Benci Kembali Kepada Kekufuran Sebagaimana Bencinya Dia Jika Dilempar Ke Dalam Api Neraka

Benci kembali melakukan kekufuran adalah sifat  seorang mukmin yang sedang berusaha memperoleh manisnya keimanan. Kembali kepada kekufuran mempunyai arti terus-menerus melakukan kekufuran padahal dia sudah ditujukan ke jalan yang benar.

Masih banyak yang mengaku muslim masih melakukan kekufuran, baik yang tidak sengaja bahkan disengaja. Tetapi dia tidak mau bertaubat karena kelakuannya itu, melakukan perbuatan orang-orang jahiliyah dahulu, padahal mereka Muslim.

Itulah gambaran mengenai orang-orang yang kembali kepada kekufuransesudah mereka diberi petunjuk lewat Al-Qur’an kepada jalan yang lebih baik dan benar. Supaya memperoleh manisnya iman, kita tinggalkan kebiasaan orang-orang jahiliyah dahulu dalam kehidupan kita sehari-hari. Ikhlas, ridho dan istiqomah dalam petunjuk Allah lewat Al-Qur’an.

Semoga saja kita senantiasa diberi kesabaran serta kekuatan supaya lulus dari ujian yang Allah berikan, sehingga kita dapat memperoleh manisnya iman. Aamiin 

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Akidah - Menikmati Manisnya Iman

0 komentar:

Post a Comment