Tauhid, Tafsir, Hadits, Tasawuf, Fiqih, Hukum, Dakwah, Komunikasi, Sosial, Sains, Trending Topic

Friday 9 December 2016

Kenapa Harus Nabi Muhammad?

Kalau kita perhatikan sirah atau sejarah hidup orang-orang besar yang dicatat dalam sejarah, kita akan melihat bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lah yang paling menonjol dan paling kekal jejaknya. Sejarah mencatat bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu-satunya orang besar yang sanggup merubah ummatnya yang terkenal bandel, keras kepala, fanatic dalam memegang tradisi, dan punya harga diri yang sangat tinggi, menjadi ummat yang dengan suka rela mau meninggalkan semua itu demi tunduk kepada kebenaran. Mereka bahkan mau memberikan hati mereka kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal sebelumnya mereka menganggap Muhammad sebagai orang hina yang hanya dipandang sebelah mata, meski mereka tahu bahwa beliau adalah orang yang berakhlak baik dan berbudi pekerti mulia. Mereka tahu bahwa Muhammad adalah orang yang tidak menginginkan kekuasaan, dan mengharapkan kenikmatan-kenikmatan duniawi sedikitpun. Bahkan secara terus terang mereka menyatakan seperti yang dikutip dalam Al-Qur’an surat Fush-shilat ayat 5 :

وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ

Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)".

Meskipun demikian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau berlaku munafik, tunduk kepada kebathilan mereka, dan berbasa basi, seperti yang lazim dilakukan oleh para politikus dan para penguasa, atau seperti yang dilakukan oleh Napholeon di Mesir yang pura-pura mencintai Islam sehingga ia mengatakan : “Seandainya aku bisa menguasai bangsa Yahudi, akan aku kembalikan haikal Sulaiman.”

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau melakukan semua itu. Beliau pernah ditawari tenaga orang musryrik ketika hendak memerangi orang-orang musyrik. Tetapi beliau menolaknya. Padahal sejatinya beliau membutuhkan bantuan tersebut. Dengan tegas beliau bersabda, “Aku tidak akan meminta bantuan kepada orang yang musyrik.” Sekalipun demikian, ternyata beliau sanggup memenangkan pertempuran. Orang-orang Arab yang semula menghina Islam, berbalik menjadi pendukung-pendukung sejatinya. Dan mereka yang semula sangat melecehkan beliau, berubah menjadi orang-orang yang rela berkorban demi membela beliau. Bahkan mereka dengan senang hati bersedia mengorbankan apa saja kepada beliau yang kemudian membenci prilaku-prilaku mereka, menganggap bodoh pikiran-pikiran mereka, dan menyerang syaria’at mereka.

Memperhatikan semua itu dengan seksama akan memberikan petunjuk kepada kita bahwa tokoh besar itu muncul sejalan dengan kemajuan mereka. Di tengah-tengah masyarakat yang maju di bidang pemikiran, muncul tokoh cendekiawan di bidang tersebut yang sangat menonjol. Dan di tengah-tengah masyarakat yang maju di bidang militer, muncul seorang penakluk besar yang mampu membawa mereka melakukan intervensi ke negara-negara yang jauh. Begitu seterusnya.

Setiap pembesar yang tampil di tengah-tengah sebuah masyarakat menjadi roh atau semangat yang mendorong mereka mencapai kemajuan-kemajuan. Hanya Muhammad shallallau ‘alaihi wa sallam saja yang menyalahi tradisi seperti itu. Beliau datang ketika masyarakat Arab sedang mengalami kemerosotan social ke titik nadir, sebuah kenyataan yang belum pernah terjadi pada ummat-ummat sebelumnya. Mereka sama sekali tidak mengenal hukum-hukum agama, prinsip-prinsip politik, dan kehidupan social. Mereka juga tidak memiliki keahlian dan keterampilan apapun yang bisa dibanggakanbahkan mereka sama sekali tidak mengenal hubungan-hubungan antar negara. Setiap kabilah atau suku berdiri sendiri-sendiri, bahkan satu sama lain saling menyerang dan berusaha mengalahkan untuk dikuasai. Sungguh tidak rasional jika dalam lingkungan masyarakat seperti itu muncul seorang tokoh yang mampu mewujudkan kepentingan kaumnya. Beliau mampu membangun sebuah ummat, merintis berdirinya sebuah negara, dan menegakan sebuah agama Islam. Ketiga prestasi yang sangat menomental dan spektakuler tersebut belum pernah diraih oleh seorang pun yang hidup sebelum maupun sesudahnya. Bahkan beliau juga sanggup mencetak kader-kader militan yang bisa diandalkan. Ini bukti bahwa lingkungan masyarakat Arab pada waktu itu punya potensi untuk menampilkan tokoh-tokoh pembaharu.

Hal itu adalah berkat adanya perhatian Ilahi yang menampilkan seorang tokoh besar seperti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkat pertolongan Allah beliau tampil sebagai cahaya yang sanggup menerangi kegelapan seluruh alam pada waktu itu.

Kebesaran sejati seseoranng itu tidak lahir karena ia punya mukjizat dan hal-hal lain yang menakjubkan. Atau karena ia memiliki kecakapan yang mampu mencetus pemikiran-pemikiran yang brilian. Sebab, semua itu hanyalah fenomena-fenomena bersifat sementara yang pasti akan lenyap. Tetapi kebesaran sejati itu ada pada pribadi yang kuat dan tangguh. Kebesaran seperti itulah yang akan mendatangkan keajaiban-keajaiban, menaklukan akal orang-orang di sekitarnya, dan menguasai hati serta perasaan mereka.

Pribadi yang sempurna membuat seseorang yang bersangkutan mampu merebeut simpati hati masyarakat sehingga mereka menaruh respek, segan, dan tunduk kepadanya.akibatnya, dengan mudah ia bisa mempengaruhi jiwa mereka untuk menerima dasar-dasar akidah dan pikiran-pikiran yang baru. Dan pengaruhnya berlaku bagi generasi-generasi mendatang, sehingga menjadi sebuah kebesaran abadi yang layak dibanggakan. 




Adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pemilik pribadi yang sempurna tersebut. Dan sepanjang zaman pribadi seperti itu tidak pernah dimiliki oleh siapapun. Orang-orang yang hidup pada zaman itu mengakui kehebatan beliau tersebut. Sebagian besar mereka adlah para bangsawan, para hartawan, dan tokoh-tokoh teras. Bahkan sebagian besar mereka adalah kalangan keluarga dekat beliau sendiri yang benar-benar mengetahui segala aspek kehidupan beliau yang paling kecil sekalipun. Seandainya mereka tahu bahwa beliau mempunyai aib atau kekurangan tentu mereka akan menyiarkannya.

Selama rentang waktu tiga belas tahun sejak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai rasul, para sahabat beliau ikut mengalami berbagai macam kesulitan, cobaan, penderitaan, dan penindasan. Setiap kabilah tidak segan-segan melancarkan berbagai macam siksaan terhadap siapapun yang berani dekat dengan Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam, siksaan yang bisa membikin pilu jika mengenangnya. Tetapi mereka menghadapi semua itu dengan sabar, sehingga akhirnya beliau menyarankan kepada mereka untuk berhijrah ke Habasyah. Kendatipun demikian jumlah pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam justru semakin bertambah banyak.

Sikap sahabat yang mau menanggung berbagai macam penderitaan kejam seperti itu, tidak lain karena melihat pribadi yang menarik pada diri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mampu menguasai hati serta perasaan mereka. Bahkan beliau sanggup melahirkan sebuah generasi pilihan yang tidak pernah sanggup dilakukan oleh para filosof sepanjang zaman. Mereka tumbuh sebagai sebuah komunitas yang memiliki cita-cita yang tinggi, watak yang lurus, keyakinan yang mantap, akhlak yang mulia, kejujuran yang tinggi, keadilan, keta’atan, dan keutamaan-keutamaan lainnya.


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kenapa Harus Nabi Muhammad?

0 komentar:

Post a Comment